DETIK METRO - Menag Lukman Hakim sebelumnya telah mengingatkan kepada seluruh khatib Shalat Id untuk menebarkan kedamaian, jangan berkhotbah dengan menebar kebencian. Namun sayangnya, himbauan dari Menag tidak diindahkan oleh seorang khatib di Gunung Kidul. Dia justru menyinggung persoalan Ahok. Wajar jika kemudian jama’ah muak dan memilih untuk walk out dibandingkan mendengarkan khotbah yang penuh provokasi tersebut.
Setelah berita ini menjadi viral, seharusnya khatib bisa intropeksi diri serta menyadari bahwa dirinya telah keliru dalam menjalankan tugas sebagai khatib. Hendaknya peristiwa ini menjadi pelajaran agar dirinya tidak mengulangi lagi perbuatannya. Namun sayangnya, khatib justru merasa tidak bersalah. Dia menyatakan bahwa bubarnya jama’ah belum tentu karena materi khotbah yang dia bawakan.
Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri menyebut jemaah salat id yang meninggalkannya di Alun-alun Gunungkidul, Wonosari, DIY, belum tentu karena mempermasalahkan materi khotbahnya. Saat itu, Ichsan menyinggung kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
“Belum tentu karena khotbah. Saya tidak tahu, apakah karena mereka memiliki keperluan atau karena aspek yang lain. Jadi bukan semata-mata karena materi khotbah,” kata Ichsan
Ichsan mengaku heran khotbahnya menjadi polemik. Menurut dia, isi khotbahnya yang ramai diperbincangkan itu dipotong-potong.
“Ya saya heran saja. Saya heran, kok jadi seperti itu, (khotbah saya) dipotong-potong seperti itu,” ujarnya.
Menurut Ichsan, tidak benar semua jemaah bubar dan meninggalkannya saat berkhotbah. Jemaah yang bubar, kata Ichsan, hanya sebagian kecil.
“Jadi begini, kalau yang diberitakan itu jemaah bubar itu sebenarnya salah. Karena yang bubar itu tidak sampai 5 persen. Kata-kata bubar itu kok sepertinya bubar semua, padahal yang masih bertahan banyak sekali,” ungkapnya
Termasuk pembahasan soal kasus penistaan agama oleh Ahok. Menurut Ichsan, pembahasan itu hanya pembukaan atas materi persatuan dan kesatuan Indonesia yang ingin disampaikannya. “Mengenai Ahok dan masalahnya itu, saya sebenarnya hanya kilas balik,” tuturnya.
Ichsan menyebut hanya ingin berseru agar masyarakat menghentikan segala kebencian dan perpecahan yang saat ini muncul di tengah-tengah masyarakat. “Hentikan segala macam kebencian, perpecahan bangsa Indonesia. Karena kita bersaudara, makanya kita harus bersatu,” tuturnya.
Melihat pembelaan yang dilakukan oleh Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri, sebenarnya kita akan menemukan titik temu bahwa hampir semua pihak yang suka menjelek-jelekkan Ahok tidak akan pernah merasa bersalah. Mereka akan mengeluarkan jurus ngeles dan pada intinya tidak mau disalahkan.
Silahkan saja mengatakan bahwa jama’ah yang bubar hanya sebagian kecil saja, namun banyak media-media mainstream yang memberitakan bahwa jama’ah yang bubar jumlahnya tidak sedikit, namun banyak. Di mana-mana juga biasanya ada saja jama’ah yang pulang terlebih dahulu, namun jumlahnya sedikit.
Hal yang menjadi persoalan sebenarnya bukan seberapa banyak jama’ah yang memilih bubar, namun materi khotbah itu yang menjadi polemik. Apa gunanya ada pemerintah dalam hal ini menteri agama yang telah menyerukan agar para khatib jangan menebar kebencian di dalam isi khotbahnya. Apa khatib Ichsan Nuriansah Bajuri tidak mendengar seruan menteri agama atau memang sengaja ingin membawakan materi Pilkada dalm khotbahnya?
Saya rasa, khatib Ichsan Nuriansah Bajuri tidak pantas untuk ditiru. Ada beberapa catatan yang membuat saya berkseimpulan bahwa Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri sebenarnya tidak pantas menjadi seorang khatib. Syarat seorang khatib tidaklah mudah. Harus benar-benar menguasai ilmu agama. Harus mampu menyejukkan umat, bukan menebar kebencian. Harus mampu menjadi teladan umat.
Bukannya menyadari kesalahan, Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri justru merasa tidak bersalah. Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri menilai materi khotbahnya biasa saja dan tidak memicu polemik. Padahal, Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri sedang khotbah di Gunung Kidul. Sangat tidak etis ketika persoalan Jakarta dibawa-bawa ke Gunung Kidul, apalagi di Hari Raya Idul Fitri dimana kita harus saling bermaaf-maafan. Jangan sampai momen bahagia Idu Fitri menjadi rusak hanya karena khotbah yang provokatif dan menebar kebencian.
Baca juga: Di Alun-alun Wonosari, Khatib Shalat Idul Fitri Singgung Soal Ahok Menista Agama, Tak Disangka Jama'ah Langsung...
Mudah-mudahan cukup Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri saja yang tidak menigindahkan seruan Menag Lukman. Mudah-mudahan para khatib di Indonesiaa mampu meniru Prof. Quraish Shihanb saat menjadi khatib di masjid Istqilal. Bagaimana dengan keluasan ilmunya, beliau mampu menjadi khatib yang menyejukkan umat, mendamaikan, serta mempersatukan tidak hanya orang Islam, namun seluruh bangsa Indonesia.
Oleh: Saefuddin Achmad, Seword.com