Saya Muak dan Heran dengan “Maaf, Agamanya Apa?”


DETIK METROSaya itu heran, muak, sekaligus nggak habis pikir sama orang-orang yang terus gemar nanya ‘agamamu apa?‘ atau mengeluarkan kalimat ‘muslim apa bukan? Kalau Muslim saya salut“. Tujuan hidup kalian itu apa sih? Apa yang Emak Bapak kalian, guru-guru kalian ajarkan sejak kecil? Terus dianugerahi Allah otak yang sistemnya begitu rumit itu kalian pakai buat apa?

Asli hal seperti ini nggak cuma terjadi di Twitter saja lho. Banyak di Instagram, Facebook, Youtube, hingga kalau Anda masukkan nama public figure di kolom search Youtube seringkali preferences yang muncul adalah “(tulis nama public figure) agamanya apa“.

Bahkan jangankan itu, dalam kondisi darurat pun ketika akan ada donor darah misalnya, keluarga pendonor ataupun yang mau mendonorkan darahnya juga ada yang masih bertanya “agamanya apa?”. Woy! Keluarga sekarat dan masih nanya agama apa? Niat minta tolong nggak sih? Memangnya dengan menerima darah kemudian jadi kafir?

Apa sih untungnya nanya-nanyain agama orang? Kalau mereka baik dan seiman dengan kalian apakah artinya kalian bakal kecipratan pahala dan barengan masuk surga? Kalau gitu kalau yang seiman sama kalian ternyata lebih pantas jadi ahli neraka mau nggak diajak masuk neraka bareng-bareng? Apakah kalau kalian tahu agama orang lain kemudian akan menjadi orang nomer satu di dunia atau dijamin masuk surga kloter pertama? Esensinya itu apa? Situ Malaikat lagi ngabsenin agama orang?

Kita ini sepertinya makin lama makin keblinger dalam menjalani peran sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mencoba bersyukur melalui serangkaian ibadah dan pemahaman sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Tanpa sadar kita sudah membiarkan diri kita melewati garis yang membatasi antara privasi orang lain dan hak kita sebagai sesama manusia untuk bertanya.

Sekarang saya tanya deh, memangnya kalau seseorang sudah berbuat baik namun dia Muslim apakah kita tidak boleh mengapresiasi? Apakah pujian dan doa kebaikan hanya boleh kita panjatkan untuk mendoakan orang lain yang beragama sama? Jangan bicara soal apakah Tuhan akan menerima doa itu atau tidak karena itu ranahnya Tuhan. Kamu bukan Tuhan juga yang berhak memutuskan doa seseorang bisa diijabah atau tidak.

Jika ada non-Muslim berbuat sesuatu yang baik apakah kemudian kita harus pasang kacamata kuda dan tidak boleh memuji atau bahkan meneladani? Kenapa sih kita harus membuat cara berpikir kita menjadi sempit? Apakah dengan cara berpikir sempit itu ada banyak kebaikan yang kita dapat? Atau malah membuat kita hanya berlari di situ-situ saja.

Nggak usah melulu ngomong soal saudara dalam iman, ada kalanya manusia itu lebih sering dibutuhkan sebagai saudara dalam kemanusiaan. Sama-sama ciptaan Tuhan seyogyanya bisa memperlakukan satu sama lain dengan baik dan adil.

Jujur menurut saya orang-orang yang gemar bertanya macam itu semacam akan selalu jadi sampah dimanapun. Di dalam keluarganya Ia akan gemar sekali membuat perselisihan antar keluarga hanya karena punya pemahaman yang berbeda, denagn tetangganya juga mungkin gampang mengkafir-kafirkan dan pilih-pilih, apalagi dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka ini orang yang justru andil menciptakan pengotakkan dan membuat wajah umat menjadi tampak bodoh. Dan suatu hari kalau mereka jadi orangtua juga akan mengajarkan banyak kebencian dan sikap tidak bisa menghargai orang lain ke anak-anaknya.

Ayolah kelakuan seperti ini dikurang-kurangin. Nggak akan membawa diri kita ke kehidupan dan penghidupan yang lebih baik. Alih-alih terlihat alim, yang ada malah terlihat begonya.

Oleh: Rahmatika, Seword.com

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Rubrik Opini menampung artikel yang sepenuhnya adalah padangan pribadi penulis dan tidak mewakili redaksi. Isi dan pandangan dalam opini merupakan tanggung jawab penulis. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
© Copyright 2017 DetikMetro.com - All Rights Reserved