Artikel ini masih ada hubungannya dengan artikel saya pertama terkait hinaan Jonru kepada Prof. Quraish Shihab. Jonru menghasut masyarakat agar jangan shalat Id di Istiqlal karena khatibnya adalah Prof. Quraish Shihab. Dengan kesombongannya, Jonru menghina dan memfitnah Prof. Quraish Shihab.
Idul Fitri ini ternyata tidak mampu membuat Jonru intropeksi diri dan mengakui kekeliruannya. Seperti biasanya, Jonru mengklaim hinaan dan fitnahnya dianggap sebagai kebenaran. Jujur saya belum menemukan di ajaran Islam bahwa menghina dan memfitnah itu diperbolehkan. Saya juga belum menemukan kisah Nabi Muhammad SAW, para sahabat, ulama salaf yang membenarkan menghina dan memfitnah, terlebih kepada seorang ulama. Tapi itulah Jonru. Parameter kebenaran bukan berdasarkan ajaran Islam, namun berdasarkan nalar bodohnya.
Kali ini, Jonru kembali memposting tulisan di fanepagenya. Jonru menjadikan jama’ah shalat Id di jalan Jantinegara sebagai bukti kesuksesan dia menghasut umat agar tidak shalat di masjid Istiqlal.
Foto aerial ribuan umat muslim mengikuti salat Idul Fitri 1438 H di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (25/6).
Maaf, ini namanya latepost. Saya baru dapat info tentang membludaknya jamaah shalat id di Jatinegara kemarin. Tidak seperti biasanya.
Inilah salah satu indikasi dari banyaknya umat Islam yang memilih untuk mendengarkan ceramah dari ulama ahlussunnah yang aqidahnya lurus, ketimbang “ulama” yang berpendapat bahwa Rasulullah tidak dijamin masuk surga.
Ohya, sekadar info saja nih. Bangunan yang paling depan di pertigaan itu adalah gereja. Dia tetap aman dan damai di situ, walau dikelilingi oleh para jamaah muslim.
Ini menjadi bukti konkrit, bahwa bagi umat Islam, toleransi bukan sebatas jargon semata. Kami sudah mempraktekkannya sejak dulu.
Jadi, umat Islam tak perlu diajari toleransi.
(https://www.facebook.com/jonru.page/photos/a.143624529728.103413.68286339728/10155589455099729/?type=3&theater)
Fenomena yang terjadi pada Jonru membuat saya sangat prihatin. Saya prihatin karena yang membuat Islam rusuh, tercerai berai, saling melemahkan satu sama lain adalah umat Islam itu sendiri. Saya belum menemukan kebaikan apa yang didapatkan oleh Jonru dengan penghasutan tersebut. Tindakan Jonru sama sekali tidak ada urgensinya untuk umat Islam. tindakan Jonru justru membuat malu agama Islam.
Jika ternyata memang benar bahwa membludaknya jama’ah shalat Id di Jatinegara itu karena provokasi Jonru, harusnya Jonru sedih, bukan malah bangga. Jonru harusnya sedih karena provokasinya telah membuat umat Islam tercerai berai, umat Islam saling membenci satu sama lain, umat Islam pilah-pilih dalam memilih masjid untuk beribadah. Saya katakan hanya ‘Iblis’ yang merasa senang dengan tercerai –berainya umat Islam. Seorang muslim sejati tidak akan pernah menginginkan umat Islam tercerai-berai. Oleh karena itu, saya sangat prihatin dengan sikap bangganya Jonru atas keberhasilannya memprovokasi dan membuat umat Islam tercerai-berai.
Benarkah membludaknya jama’ah di Jatinegara itu gara-gara hasutan Jonru? Jawabannya bisa jadi benar, bisa jadi salah. Namun peluang salah jauh lebih besar, sebab:
Pertama, jama’ah Id shalat di Istiqlal seperti biasa tetap membludak seperti tahun-tahun sebelumnya. Provokasi Jonru seperti tidak ngefek sama sekali. Meskipun Jonru memiliki banyak pengikut, namun saya yakin orang-orang cerdas bisa menilai kualitas Prof. Quraish Shihab dan Jonru. Hanya orang-orang yang tidak bisa berfikir jernih yang masih mau diprovokasi oleh Jonru.
Kedua, bahwa jumlah jama’ah Shalat Id terlihat membludak saya kira bukan sesuatu yang luar biasa, apalagi dijadikan klaim pembenaran oleh Jonru. Pasalnya, shalat Id di Jatinegara bukan dilaksanakan di sebuah masjid, namun di jalan raya sehingga terlihat sangat banyak. Saya berani bertaruh jika seluruh jama’ah shalat Id di masjid Istiqlal dipindahkan ke Jalan Jatinegara, saya yakin tidak akan muat. Saya pikir Jonru kurang memahami matematika sehingga tidak mampu menghitung jumlah jama’ah shalat Id lebih banyak di masjid Istiqlal atau di Jatinegara.
Ketiga, jika memang benar provokasi Jonru ampuh, mengapa Jonru hanya menggunakan Jatinegara sebagai senjata bahwa provokasi dirinya berhasil? Pasalnya, banyak masjid lain di Jakarta. Jika provokasi Jonru mempan, harusnya masjid-masjid lain di Jakarta terdapat fenomena membludaknya jama’ah karena mereka tidak mau shalat di masjid Istiqlal. Faktanya, Jonru hanya menggunakan jama’ah Jatinegara sebagai alat pembenaran.
Terlepas dari sukses tidaknya Jonru dalam memprovokasi, sebenarnya itu tidak penting. Hanya saja, saya sangat prihatin ada seorang yang mengaku paling Islami, namun tidak segan-segan menghina dan memfitnah ulama yang keilmuannya diakui dunia. Mengaku cinta kepada Islam, namun suka menghasut dan memprovokasi umat agar tercerai berai dan saling bermusuhan. Apa orang seperti ini masih pantas dikatakan sebagai pembela agama Islam?
Oleh: Saefuddin Achmad, Seword.com