Muhammad Hidayat, Pelapor Kaesang Bisa Dipenjara, Ujaran Bunuh Si Ahok Bisa Ditindak


DETIK METROSaya melihat berita dilaporkannya Kaesang kepada polisi terkait penodaan agama dan kebencian SARA. dimulai dari web abal-abal yang hanya menurunkan 3 paragraf. Kemudian selesai, tanpa ada kejelasan. Namun karena ini menyangkut seorang anak Presiden Indonesia, beberapa media mainstream ikut memberitakan dan mencari sumbernya. Ada juga yang hanya menurunkan berita “belum tentu Kaesang yang dimaksud adalah Kaesang anak Presiden.”

Intinya, ketika media mainstream ada yang mengangkat, dengan mencari tahu si pelapor dan menanyakan kebenarannya, netizen di jagad maya semakin membicarakannya. Sehingga beberapa penulis Seword sudah mengangkatnya.

Namun ada satu hal yang saya anggap salah dalam pola pikir sebagian kita. Tentang menyesali dan menyayangkan dilaporkannya Kaesang oleh Muhammad Hidayat. Ada yang takut Kaesang akan dipenjara, diahokkan, kemudian Presiden juga lengser karena kasus ini.

Menurut saya itu imajinasi yang terlalu jauh. Tidak akan sampai ke sana. Kaesang adalah putra Presiden Jokowi, Presiden yang terpilih oleh suara mayoritas rakyat Indonesia. Tidak sesederhana itu untuk membuat kasus dan menggerakkan massa lagi.

Selain itu, Kaesang adalah muslim, lahir dari keluarga muslim dan Jawa. Jadi soal suku, ras dan agama, Kaesang adalah bagian dari rakyat mayoritas di Indonesia. Sehingga jelas Kaesang tidak bisa disamakan dengan Ahok yang memang minoritas, dan di sebagian otak masyarakat sudah tertanam kebencian yang sudah cukup lama.

Melaporkan Kaesang ke Polisi dengan harapan bisa mempermasalahkannya hingga merembet ke Presiden Jokowi, kemudian demo-demo lagi, bagi saya itu seperti berharap Rizieq meminta maaf pada rakyat Indonesia karena telah melecehkan Pancasila. Mustahil. Kaesang tidak bisa didemo dengan slogan-slogan jahannam seperti kutil babi, china, komunis, atau aksi bela Islam. Sebab Kaesang juga muslim.

Dari penodaan agama dan kebencian SARA menjadi ujaran kebencian saja

Ada yang menarik dari proses perkembangan isu Kaesang dilaporkan ke polisi. Awalnya diberitakan (oleh blog) Kaesang penista agama, melakukan penodaan agama. Sama seperti yang dulu dibangun dan skenariokan untuk Ahok.

Namun kemudian setelah masuk ke media mainstream, beritanya menjadi hanya ujaran kebencian saja. Tidak ada lagi kata penodan agama. Dari pantauan saya, hanya okezone milik HT yang membuat judul dengan kata penodaan agama.

Dari sini terlihat bahwa branding “penodaan agama” sudah tidak berhasil dilakukan. Sementara MH sang pelapor pun juga tidak lagi membahas hal-hal yang berkaitan dengan penodaan agama, padahal dalam laporannya berkaitan dengan penodaan agama.

“Bagi saya, ndeso itu adalah sebuah golongan masyarakat desa, satu golongan masyarakat desa itu di konotasikan sebagai masyarakat rendah, sehingga dia menjadi analogi mempersepsikan sesuatu yang negatif, ‘dasar ndeso lo’, ‘dasar kampungan lo’. Maka masyarakat desa menjadi sebuah image masyarakat desa itu adalah rendah apalagi setelah menjadi konsumsi publik,” papar MH.

Lihatlah, yang dilaporkan apa, yang disampaikan apa? haha

Penilaian MH terhadap ujaran kebencian seperti mengkafir-kafirkan dan tidak mau mensholatkan jenazah yang beda pilihan politik, adalah sebuah fakta sejarah dari Pilkada Jakarta 2017. Fakta, itu terjadi, dan Kaesang menolak hal tersebut. Jadi kalau kemudian Kaesang yang dilaporkan ke Polisi atas penodaan agama, ini sama seperti kasus chat mesum Rizieq dan Firza. Rizieq yang diduga menikmati, tapi yang diminta bersumpah dan disalah-salahkan adalah kita-kita yang hanya melihat foto dan sudah disensor sana sini.

Sementara ndeso atau kampungan dengan desa atau kampung adalah kata yang memiliki makna berbeda. Orang desa belum tentu ndeso, dan orang kampung belum tentu kampungan. Saya lahir di pelosok Madura, dari desa terpencil. Tapi apakah secara otomatis saya jadi masyarakat desa yang bisa disebut ndeso? tidak. Kecuali ada sikap saya yang buruk, seperti menyebut manusia lain sebagai kutil babi misalnya, barulah bisa disebut ndeso. Dasar ndeso!

Lebih dari itu, penggunaan ndeso ini lebih bisa diterima sebagai candaan sebagai kondisi sosial budaya. Dulu pernah ada tokoh pewayangan yang mengatakan “Salah satu teman mengatakan (kepada Jokowi), Anda ini presiden yang dari tujuh presiden sebelumnya, paling ndeso. Untuk itu saya harap kebijakannya lebih mementingkan rakyat pedesaan.”

Hal itu dikatakan dalam sebuah acara Presiden bertemu dengan sastrawan, budayawan, seniman dan pemikir. Presiden hadir di situ dan ikut tertawa bersama semua orang yang hadir di dalamnya.

Jadi, kata ndeso itu tidak selalu ujaran kebencian. Tetapi juga bisa dijadikan sebagai candaan. Sehingga kemudian tidak secara otomatis dipahami bahwa kata ndeso menyinggung orang desa. Hal ini saya pikir tidak dipahami oleh MH.

Lebih dari itu, MH rupanya sedang menyandang status tersangka ujaran kebencian. Jadi kalau sekarang mau melaporkan Kaesang dan berharap polisi bisa menindaknya, mungkin yang lebih dulu ditindak MH, sebab sudah tersangka duluan. Jadi kalau ada yang menuntut keadilan hukum, maka MH harus masuk penjara dulu. hahaha iya dong, kan giliran prosesnya. Adil.

Kaesang semakin populer

Saya pikir ada satu hal yang harus disyukuri oleh Kaesang, yakni semakin populer. Gara-gara berita dilaporkan ke Polisi, dirinya jadi dibicarakan oleh banyak orang. Saya sangat yakin dengan berita pelaporan ini membuatnya dibicarakan oleh banyak orang yang selama ini tidak tersentuh sebagai segmen vlog nya.

Dan untuk menanggapi hal ini, Kaesang tidak perlu memberi pernyataan apapun. Biarkan media memberitakan namanya, terus menerus, sebagai promosi gratis untuk popularitasnya sebagai youtuber Indonesia. Seburuk apapun berita di media, nikmati saja, karena yang begitupun tetaplah harus kita nilai sebagai promosi gratis.

Kaesang juga tak perlu takut atau khawatir. Bukan karena dirinya anak Presiden, tapi karena vlog nya itu tidak memenuhi syarat untuk disebut melakukan penodaan agama atau ujaran kebencian SARA. Malah ada kemungkinan polisi menindak lanjuti video “bunuh-bunuh-bunuh si Ahok” yang diucapkan oleh anak-anak kecil itu. Sebab sekarang sudah menjadi konsumi publik, dibicarakan dan sudah menjadi materi laporan. Sehingga polisi bisa mencari sumber dan aktor di balik video yang ada dalam vlog Kaesang, yang menyuruh anak kecil untuk melakukan ujaran kebencian membunuh Ahok.

Baca juga: Owalah! Orang Yang Coba Pidanakan Kaesang Pangarep dengan Tuduhan Ujaran Kebencian Ternyata Tersangka....

Terakhir, kalau Kaesang ingin semakin menyayat-nyayat si pelapor atau kaum bumi datar yang dari 2014 lalu sudah ingin melengserkan Jokowi, saran saya Kaesang segera mengupload vlog terbaru yang sama sekali tidak membahas soal pelaporan ini. Kenapa begitu? Karena tidak ada yang lebih menyakitkan daripada mengacuhkan orang-orang yang cari perhatian. Hahahaha…Begitulah kura-kura.

Oleh: Alifurrahman, Seword.com

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Rubrik Opini menampung artikel yang sepenuhnya adalah padangan pribadi penulis dan tidak mewakili redaksi. Isi dan pandangan dalam opini merupakan tanggung jawab penulis. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
© Copyright 2017 DetikMetro.com - All Rights Reserved